Selama abad yang lalu, populasi orangutan liar di Asia Tenggara diperkirakan telah menurun hampir 92%. Ancaman utama terhadap masa depan kelangsungan hidup mereka adalah hilangnya habitat dengan penyebab mulai dari pembangunan jalan dan perluasan pertanian hingga pengambilan kayu secara ilegal, pertambangan dan perambahan oleh manusia di dua pulau terakhir di mana mereka bertahan hidup, yakni Kalimantan dan Sumatera.
Kemitraan Penyelamatan Kera Besar (Great Apes Survival Partnership / GRASP) didirikan oleh UNEP 10 tahun yang lalu yang melibatkan sejumlah mitra dalam sebuah konsorsium dengan mandat untuk menghilangkan ancaman kepunahan kera besar melalui kemitraan unik dari sederetan pemerintahan, lembaga konservasi, negara donor, dan antar-badan pemerintah.
Laporan GRASP ini yang berjudul Orangutan dan Ekonomi Pengelolaan Hutan Lestari di Sumatera mengutarakan analisis detil mengenai kekuatan pasar yang membawa orangutan ke ambang kepunahan dan menyajikan argumen ekonomi transformatif untuk percepatan pembangunan melalui jalur yang berbeda. Pengelolaan lestari bagi lebih dari 8.640 km2
habitat orangutan sumatera
yang tersisa sangat penting untuk melestarikan hutan yang memiliki keragaman luar biasa dan jasa ekosistem lainnya yang diperlukan bagi kesejahteraan manusia untuk jangka panjang. Data ekonomi awal dalam laporan ini menunjukkan bahwa potensi yang berasal dari jasa ini jauh melampaui pendapatan dari konversi lahan untuk pertanian dan untuk penggunaan lahan lainnya saat ini.
Laporan ini muncul sebelum pertemuan Rio +20 pada bulan Juni 2012 yang akan mengusung 2 tema: Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan Pemberantasan Kemiskinan. Kebijakan yang cerdas dan instrumen ekonomi kreatif merupakan inti dari salah satu tema tersebut (Ekonomi Hijau).
REDD + (Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan) yang sedang dikembangkan untuk mendukung konvensi PBB bagi perubahan iklim adalah salah satu instrumen semacam itu yang bergema terhadap tantangan yang dihadapi berbagai negara, komunitas dan spesies seperti orangutan.
Indonesia, dengan dukungan dari negara-negara seperti Norwegia, sudah melakukan uji coba proyek REDD +. Laporan baru ini menunjukkan bahwa peningkatan dan penyertaan kebijakan semacam itu dalam perekonomian lokal dan nasional menawarkan keuntungan ganda bagi lingkungan, sosial dan ekonomi termasuk masa depan yang lebih berpengharapan bagi kera besar di berbagai negara.
Tahun 2011 adalah Tahun Internasional Hutan: Laporan baru GRASP ini memberi pencerahan mengenai bagaimana pengelolaan pemanfaatan lahan hutan dan lahan gambut di Sumatera dapat ditingkatkan secara dramatis. Dengan demikian, dapat dijadikan acuan untuk membantu masyarakat dan spesies di daerah jelajah kera besar di Afrika dan Asia.
Achim Steiner Wakil Sekjen PBB dan Direktur Eksekutif UNEP