Melihat orangutan di Bukit Lawang, salah satu lokasi wisata orangutan yang utama (Perry van Duijnhoven)
Namun, bagaimanapun, mudah untuk mengamati orangutan di daerah tersebut. Selama tahun 1990-an Bukit Lawang menjadi semakin populer sebagai tujuan wisata dibandingkan saingan terdekatnya, Danau Toba. Ini menunjukkan pentingnya daya tarik orangutan dalam meningkatkan pariwisata.
Meskipun daya tarik Bukit Lawang cukup jelas, pariwisata internasional di dalam dan sekitar kawasan habitat orangutan secara keseluruhan masih relatif rendah, karena kombinasi ketidakstabilan politik sebelumnya di Aceh, pemboman di Jakarta, dan kurangnya investasi dalam pengembangan pariwisata, promosi dan infrastruktur di daerah, terutama bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Bahkan Taman Nasional Gunung Leuser, dengan keanekaragaman hayati yang unik dan pemandangan yang menakjubkan, hanya menarik sekitar 15.000 pengunjung per tahun, dan lebih dari setengah dari jumlah tersebut adalah pengunjung asing (UNEP-WCMC 2010). Peluang pariwisata ada di sejumlah lokasi di lembah Alas untuk kegiatan jalan di hutandengan berbagai tingkat kesulitan dan durasi yang ditawarkan, dimana orangutan dan satwa liar lainnya dapat diamati dan keindahan pemandangan hutan bisa dinikmati. Lebih dekat ke Medan, daerah Tangkahan juga menawarkan peluang besar untuk melintasi hutan dengan kesempatan untuk melihat orangutan, baik dengan berjalan kaki atau dari atas gajah (Gunung Leuser Taman Nasional 2010). Kegiatan wisata yang ada saat ini dan di masa datang dengan orangutan sebagai obyek dianjurkan untuk mengikuti pedoman yang ketat (Macfie dan Williamson 2010) untuk mengurangi resiko penyakit.
Ada peluang tambahan di bidang wisata yang terkait dengan orangutan sumatera yang masih belum dikembangkan (Gubler 2006). Sungai, rawa dan desa-desa di Tripa, Kluet dan Singkil menawarkan potensi besar di bidang ekowisata karena pemandangan spektakuler dan dengan penghuninya yang ramah-tamah. Ini dengan mudah dapat dikombinasikan dengan inisiatif pengembangan pariwisata di daerah yang berdekatan
dengan tempat-tempat tersebut yakni Pulau Banyak yang sedang mengembangkan pariwisata yang sebagian besar terkait dengan penyu laut.
Hasil Hutan Non-Kayu dan Keanekaragaman Hayati Orang mengumpulkan berbagai macam hasil hutan non-kayu dari hutan dimana terdapat orangutan. Hasil tersebut termasuk yang bersumber dari hewan seperti madu dan sarang burung walet (Aerodramus fuciphagus) yang mahal harganya dan hasil yang berasal dari tumbuhan seperti rotan (Calamus manan) digunakan untuk membuat perabotan (Wind 1996; van Beukering et al. 2001). Bila hutan hilang maka kesempatan untuk mengumpulkan hasil-hasil hutan tersebut akan berkurang secara alami.
Sarang lebah yang digunakan untuk mengumpulkan madu berada di tajuk pohon yang tinggi dan besar (Perry van Duijnhoven)