Kehilangan Hutan Sejak gelombang pertama manusia tiba di Sumatera, setidaknya 40.000 tahun lalu sampai akhir-akhir ini, pulau ini sebagian besar tertutup hutan hujan tropis yang rimbun (Cribb 2000). Tetapi, dalam dua abad terakhir ini sebagian besar hutan telah dikonversi menjadi penggunaan lahan lainnya yang didominasi aktivitas manusia. Hilangnya hutan Sumatera berada pada tingkat yang mengkuatirkan baik di dalam maupun di luar kawasan lindung (Nelleman et al. 2007; Gaveau et al. 2009; Laumonier et al. 2010), dan hanya 29% dari pulau ini yang masih tertutup hutan (WWF 2010 ). Dari tahun 1985 hingga 2007, kehilangan hutan mencapai 49,3% di pulau itu. Di provinsi Aceh angka tersebut mencapai 22,7% dan di Sumatera Utara mencapai 43,4%. Meskipun persentase tahunan kehilangan hutan tertinggi terjadi selama periode 1985-1990 untuk kedua provinsi (Aceh 2,0%, Sumatera Utara 4,2%) dan menurun selama periode 1990-2000 (0,7% di Aceh dan 1,2 % di Sumatera Utara), hilangnya hutan meningkat kembali selama periode 2000 hingga 2008/9 (0,9% di Aceh, 2,3% di Sumatera Utara: WWF 2010). Kecenderungan peningkatan deforestasi akhir-akhir ini tidak khusus di Sumatra saja, tetapi juga diamati terjadi dengan tingkat yang tinggi di seluruh Indonesia, dimana deforestasi tahunan untuk periode 1990-2000 mencapai 1,75%, kemudian menurun untuk periode 2000-2005 menjadi 0,31% dan meningkat kembali pada periode 2005-2010 menjadi 0,71% (FAO 2010) (Peta 8).
Apabila hanya habitat orangutan yang paling penting diamati, yakni hutan di bawah 1.000 m dpl, maka untuk periode 1985- 2007 laju kehilangan bahkan lebih tinggi yakni sebesar 28% dan 49%. Apabila hanya hutan yang paling kaya spesies (di bawah 500 m dpl) yang diamati, maka kehilangan hutan antara 1985 dan 2007 adalah 36% untuk Aceh dan 61% untuk Sumatera Utara. Untuk rawa gambut yang kaya karbon kehilangan hutan adalah 33% untuk Aceh dan 78% untuk Sumatera Utara (Grafik 1).
Grafik 1: Kehilangan hutan pada periode 1985-2007 untuk seluruh pulau Sumatera, Aceh dan North Sumatra dibuat secara terpisah. Perhitungan didasarkan pada Laumonier et al. (2010) dan WWF (2010).
30
Sebuah truk bermuatan bijih besi melintas di jalan yang baru dibangun melalui hutan di Aceh Tenggara (Perry van Duijnhoven)