This book includes a plain text version that is designed for high accessibility. To use this version please follow this link.
Kotak 4: Pasar karbon


Saat ini terdapat berbagai macam pasar karbon nasional dan internasional yang mungkin melakukan perdagangan kredit karbon yakni pasar yang diatur dan pasar sukarela. Pasar karbon terpenting yang diatur adalah berdasarkan Skema Perdagangan Emisi Uni Eropa (EU-ETS). Skema lainnya termasuk Skema Pengurangan Gas Rumah Kaca New South Wales (NSW GGAS) dan Skema Perdagangan Emisi New Zealand (NZ ETS). Negara-negara pembeli secara individual juga secara aktif mencari kredit karbon yang diatur untuk memenuhi target pengurangan emisi Protokol Kyoto.


Sejauh ini negara-negara berkembang belum diperlukan menyusun target pengurangan emisi yang mengikat secara hukum meskipun ada pergerakan ke arah ini. Karena itu, negara-negara berkembang mungkin akan memasuki pasar karbon melalui mekanisme-mekanisme berbasis proyek. Mekanisme terpenting pada saat ini adalah Clean Development Mechanism (CDM).


Pada saat ini pasar yang diatur merupakan pasar yang terbesar dan ada kemungkinan untuk mengikut sertakan kredit proyek REDD setelah 2012 dibawah kesepakatan pengganti terhadap atau sebagai perpanjangan dari Protokol Kyoto, juga dalam pasar-pasar nasional atau regional tertentu.


Untuk proyek-proyek REDD di Indonesia, pasar sukarela merupakan pasar karbon terpenting.


Pasar Sukarela Dalam pasar sukarela, pihak-pihak yang tidak terikat dengan naungan-naungan atau peraturan-peraturan yang spesifik dapat secara sukarela menutupi emisi karbon mereka dengan investasi dalam proyek-proyek tertentu. Pembeli dalam pasar ini berasal dari negara-negara berkembang maupun negara-negara maju, baik dari kalangan pemerintah, organisasi atau perorangan.


Pembelian dalam pasar ini pada umumnya diarahkan melalui corporate social responsibility (CSR) atau pencitraan


perusahaan sebagai “karbon netral” atau perseorangan yang ingin berperilaku karbon netral seperti jika mereka membayar kompensasi karbon ketika akan bepergian dengan pesawat udara.


Terdapat jumlah pasar karbon sukarela yang meningkat saat ini sebagai opsi termasuk transaksi di luar bursa (over-the-counter


atau OTC) dan panggung-panggung


perdagangan yang lebih transparan seperti the Climate Action


Reserve dari Amerika Serikat. Penting bagi


pasarpasar karbon sukarela adalah standar-standar sertifikasi dari pihak ketiga seperti


Standar Karbon


Sukarela (Voluntary Carbon Standard atau VCS) dan the Gold Standard, the Climate, Community & Biodiversity Alliance (CCBA). Standar-standar VCS dan CCBA merupakan yang terpopuler diantara proyek-proyek pendukung REDD di negara-negara berkembang.


Harga karbon berbeda-beda tergantung kepada pasar mana yang digunakan baik dalam skema pasar yang diatur maupun pasar sukarela, tapi dibawah ini terdapat beberapa


nilai-nilai indikatif untuk


kehutanan yang juga mencakup REDD, aforestasi dan reboisasi.


Pasar


Kisaran keseluruhan Rata-rata keseluruhan1 Harga rata-rata pasar wajib2 OTC Sukarela


Harga USD/tCO2 0.65-50,00 (Rp 5.850-450.000) 7,88 (Rp 70.920) 10,24 (Rp 92.160) 8,44 (Rp 75.960)


1. Rata-rata volume tertimbang 2. Rata-rata volume tertimbang NSW-GGAS, CDM, AAU dan NZ ETS


Untuk kredit proyek REDD yang diperdagangkan di OTR harga rata-rata berkisar antara 9.43 dolar AS (Rp 84.870)/t CO2


hingga 17 dolar AS (Rp 153.000 ) /t CO2 dengan harga


rata-rata tertimbang sebesar USD 13,33 (Rp 119.970) (data dari proyek REDD 1990-2009, Hamilton et al. 2009).


kegiatan terkait lainnya seperti pembuatan saluran pengeringan dan pembakaran gambut yang menyertai proses ini.


Seperti di tempat lain di Indonesia, ketiga hutan rawa gambut utama yang masih tersisa di Aceh sedang mengalami kerusakan dengan cara yang sama (konversi hutan), tapi sejauh ini situasi yang paling genting adalah di rawa Tripa. Bila kecenderungan ini terus berlanjut di Tripa, sejumlah besar karbon yang terakumulasi di lahan gambut melalui proses yang lama hingga ribuan tahun, akan dilepaskan kembali ke atmosfer secara permanen hanya dalam beberapa


dekade. Ini merupakan


Hamparan sawah di Beutong, Aceh (Perry van Duijnhoven)


52


masalah serius bagi mitigasi perubahan iklim dan penting untuk menentukan apakah nilai dari emisi karbon yang bisa dihindari bisa mengimbangi peluang biaya untuk penggunaan lahan lainnya. Untuk dua daerah yang menjadi fokus (Batang Toru dan Tripa) pada dua habitat utama orangutan (hutan non- gambut dan hutan gambut) telah dihitung nilainya (Dolar AS/ ha) dari emisi CO2


proyek-proyek


yang dihindari selama 25 tahun (Grafik 4).


Page 1  |  Page 2  |  Page 3  |  Page 4  |  Page 5  |  Page 6  |  Page 7  |  Page 8  |  Page 9  |  Page 10  |  Page 11  |  Page 12  |  Page 13  |  Page 14  |  Page 15  |  Page 16  |  Page 17  |  Page 18  |  Page 19  |  Page 20  |  Page 21  |  Page 22  |  Page 23  |  Page 24  |  Page 25  |  Page 26  |  Page 27  |  Page 28  |  Page 29  |  Page 30  |  Page 31  |  Page 32  |  Page 33  |  Page 34  |  Page 35  |  Page 36  |  Page 37  |  Page 38  |  Page 39  |  Page 40  |  Page 41  |  Page 42  |  Page 43  |  Page 44  |  Page 45  |  Page 46  |  Page 47  |  Page 48  |  Page 49  |  Page 50  |  Page 51  |  Page 52  |  Page 53  |  Page 54  |  Page 55  |  Page 56  |  Page 57  |  Page 58  |  Page 59  |  Page 60  |  Page 61  |  Page 62  |  Page 63  |  Page 64  |  Page 65  |  Page 66  |  Page 67  |  Page 68  |  Page 69  |  Page 70  |  Page 71  |  Page 72  |  Page 73  |  Page 74  |  Page 75  |  Page 76  |  Page 77  |  Page 78  |  Page 79  |  Page 80  |  Page 81  |  Page 82  |  Page 83  |  Page 84