bergantung (sampai batas tertentu) pada hutan dunia dan 350 juta orang yang tinggal di hutan yang mata pencaharian mereka tergantung sepenuhnya pada hutan (World Bank 2006; Tompson et al. 2009). Jasa tersebut meliputi pengaturan tata air untuk mengairi lahan pertanian, pencegah banjir dan tanah longsor, penyediaan air bersih untuk minum, mandi dan memancing, menghasilkan produk hutan non-kayu, dan pengaturan iklim dengan fungsinya sebagai penyimpan karbon serta menyita karbon dari atmosfer.
Banyak dari jasa ekosistem ini tidak sepenuhnya disadari dan sering dibiarkan begitu saja. Sampai saat ini hanya sejumlah sumber daya yang dapat dimanfaatkan secara komersial, seperti kayu, yang telah secara rutin dimasukkan dalam analisis ekonomi ekosistem dan ini telah ditempuh untuk pertumbuhan ekonomi. Kurangnya penilaian terhadap ekonomi jasa ekosistem merupakan salah satu penyebab utama kehilangan mereka (TEEB 2009). Meskipun demikian, akhir-akhir ini studi semakin berfokus pada estimasi nilai jasa ekosistem hutan dan pada apa yang keanekaragaman hayati berikan,
serta menggabungkan keduanya ke dalam model ekonomi (TEEB 2009). Memperhitungkan semua jasa ini adalah sangat penting untuk para pembuat keputusan dalam perencanaan pembangunan jangka panjang di semua tingkat pemerintahan, dari lokal ke nasional. Penilaian jasa ekosistem akan membantu untuk memastikan bahwa layanan tersebut benar dimengerti dan dihargai dalam proses perencanaan, sehingga baik produktivitas dan keberlanjutan bisa dimaksimalkan, yang mengarah pada pembangunan ekonomi lestari.
Meskipun ada peningkatan kesadaran bahwa hilangnya keanekaragaman hayati dan degradasi ekosistem adalah masalah serius, masih banyak yang sepenuhnya gagal menghargai hubungan kuat antara keanekaragaman hayati, jasa ekosistem dan pembangunan ekonomi. Ada kebutuhan mendesak untuk mendokumentasikan dan memahami secara lebih baik perubahan terhadap planet kita dan ancaman yang akan ditimbulkan terhadap kelangsungan hidup manusia, agar mitigasi yang sesuai dan langkah-langkah adaptasi dapat dikembangkan dan diimplementasikan.
Seorang petani sedang membajak sawah di Aceh (Perry van Duijnhoven)
17