Page 28 of 84
Previous Page     Next Page        Smaller fonts | Larger fonts     Go back to the flash version

Tantangan untuk perlindungan orangutan dan habitatnya

Kerentanan orangutan Orangutan sangat rentan terhadap kepunahan karena kombinasi beberapa faktor: mereka memiliki laju reproduksi yang sangat lambat, mereka memerlukan wilayah hutan hujan yang luas dan bersambung untuk tempat hidup, dan mereka sangat terbatas pada kawasan hutan dataran rendah.

Orangutan sumatera betina biasanya melahirkan hanya satu bayi sekali melahirkan, dan melahirkan 1 bayi dalam periode delapan atau 9 tahun (Wich et al. 2009). Sebagai konsekuensi langsung dari laju reproduksi yang lambat, populasi orangutan tetap sangat rentan bahkan meskipun tingkat perburuan sangat rendah. Sesungguhnya, dengan kehilangan 1% saja dari orangutan betina setiap tahun karena perburuan atau sebab-sebab kematian tidak wajar lainnya akan tetap menempatkan populasi ini bergerak ke arah kepunahan secara permanen (Marshall et al. 2009a).

Agar populasi orangutan bisa mandiri dalam jangka panjang, mereka membutuhkan areal hutan hujan yang luas dan bersambung, setidaknya 500 km2

(Marshall et al. 2009b). Hal

ini karena orangutan cenderung memiliki kepadatan populasi yang sangat rendah, yakni hanya satu individu per km2 kurang di banyak daerah, walaupun kepadatan juga ada yang

atau

mencapai setinggi tujuh individu per km di beberapa tempat di Sumatera (van Schaik et al. 1995 ; Husson et al. 2009). Namun orangutan sumatera juga memanfaatkan wilayah jelajah yang sangat luas. Di beberapa daerah, satu individu jantan dewasa bisa menggunakan wilayah jelajah seluas 100 km2 (Singleton et al. 2009).

atau lebih

Populasi orangutan sumatera sebagian besar sebarannya terbatas pada hutan hujan dataran rendah (Rijksen dan Meijaard 1999), sebagian besar orangutan sumatera berada di daerah yang memiliki ketinggian di bawah 500 m dpl dan jarang menjelajah ke tempat lebih tinggi dari 1.500 m dpl. Hutan ini paling terancam di konversi ke penggunaan lain, terutama untuk perluasan perkebunan.

Sebagai akibatnya, orangutan paling terancam oleh hilangnya hutan dari kombinasi pembangunan jalan, perluasan perkebunan skala

besar, konsesi penebangan kayu, pertambangan dan

perambahan skala kecil. Ancaman ini bisa langsung dikaitkan dengan perencanaan tataguna lahan yang tidak memadai pada lintas-sektoral, mencerminkan kebutuhan bagi pertumbuhan ekonomi jangka pendek, dan lemahnya penegakan hukum lingkungan (Robertson dan van Schaik 2001).

Anak orangutan sedang bermain (Hanne Book)

28

Previous arrowPrevious Page     Next PageNext arrow        Smaller fonts | Larger fonts     Go back to the flash version
1  |  2  |  3  |  4  |  5  |  6  |  7  |  8  |  9  |  10  |  11  |  12  |  13  |  14  |  15  |  16  |  17  |  18  |  19  |  20  |  21  |  22  |  23  |  24  |  25  |  26  |  27  |  28  |  29  |  30  |  31  |  32  |  33  |  34  |  35  |  36  |  37  |  38  |  39  |  40  |  41  |  42  |  43  |  44  |  45  |  46  |  47  |  48  |  49  |  50  |  51  |  52  |  53  |  54  |  55  |  56  |  57  |  58  |  59  |  60  |  61  |  62  |  63  |  64  |  65  |  66  |  67  |  68  |  69  |  70  |  71  |  72  |  73  |  74  |  75  |  76  |  77  |  78  |  79  |  80  |  81  |  82  |  83  |  84